Yogyakarta, 27 Juni 2024 – Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) berbangga menjadi tuan rumah Konferensi Internasional Institut Teologi Reformed Internasional (IRTI) ke-15. Acara ini dihadiri oleh 49 peserta dari berbagai negara, termasuk Belanda, Amerika Serikat, Inggris, Hongaria, Jerman, Meksiko, Afrika Selatan, Rumania, Ukraina, dan Mesir. Konferensi ini dimulai pada 27 Juni 2024 dan akan berakhir pada 30 Juni 2024.
Konferensi tahun ini mengusung tema “Peace among the Nations: Reformed Theology and Geopolitical Conflicts” (Perdamaian di antara Bangsa-Bangsa: Teologi Reformed dan Konflik Geopolitik). Empat pembicara utama yang diundang untuk menyampaikan pandangannya adalah:
- Hanns Lessing, PhD – Pejabat Sekretaris Jenderal Persekutuan Gereja-gereja Reformed Dunia, Hannover, Jerman.
- Eric D. Patterson, PhD – Presiden dan CEO Yayasan Memorial Korban Komunisme, Washington DC, Amerika Serikat; Peneliti di Sekolah Pemerintahan Universitas Regent dan peneliti di Universitas Georgetown.
- Marietta D. C. van der Tol, PhD – Dosen Politik di Lincoln College dan peneliti pascadoktoral di Blavatnik School of Government, Universitas Oxford, Inggris.
- Paulus S. Widjaja, Ph.D. – Associate Professor dalam Etika Kristen dan Studi Perdamaian, Fakultas Teologi, Universitas Kristen Duta Wacana, Indonesia.
Acara dialog internasional ini, yang diselenggarakan oleh IRTI—sebuah jaringan global sarjana teologi—mengundang peserta untuk mempelajari Teologi Reformed dengan mempertimbangkan konteks dan pertanyaan global kontemporer dalam semangat ekumenis. Konferensi tahun ini menampilkan kuliah, presentasi makalah, dan diskusi yang membahas pertanyaan-pertanyaan teologis yang mendesak: Bagaimana konflik geopolitik, termasuk dimensi religiusnya, dipahami secara teologis? Apa tanggung jawab politik gereja? Dalam kondisi apa penggunaan kekuatan militer dapat dibenarkan? Apa yang dimaksud dengan perdamaian yang adil, dan bagaimana hal itu dapat dicapai di tengah ketidakadilan dan agresi yang signifikan?
Dr. Pieter Voz, Direktur Tim Manajemen IRTI, mencatat bahwa tema tahun ini dipengaruhi oleh konflik yang sedang berlangsung di Ukraina dan Gaza. “Perang di Ukraina dan Gaza telah membawa tema perdamaian dan perang kembali ke agenda teologis. Konflik ini sangat mempengaruhi mereka yang terlibat langsung dan korban agresi serta teror. Pada saat yang sama, konflik ini memiliki dampak politik, ekonomi, dan sosial global. Meskipun negara-negara lain tidak terlibat langsung dalam perang di Ukraina, dukungan politik dan militer yang kuat dari banyak negara untuk perlawanan Ukraina terhadap agresi Rusia menunjukkan dimensi dan dampak geopolitik dari konflik ini. Demikian pula, perang di Gaza telah memecah masyarakat di seluruh dunia,” ujarnya.
Menanggapi situasi tersebut, Pieter menekankan peran penting agama, baik secara positif maupun negatif. “Di satu sisi, motif religius membenarkan agresi dan teror, bahkan menyatakan ‘perang suci.’ Di sisi lain, agama memotivasi pembangunan perdamaian dan rekonsiliasi antara musuh dan lintas batas nasional atau etnis. Tradisi agama juga berfungsi sebagai sumber pertimbangan moral penting tentang apakah dan dalam kondisi apa penggunaan kekuatan militer dapat dibenarkan untuk melindungi orang-orang tak bersalah dari agresi brutal. Semua ini menuntut refleksi teologis yang mendalam dengan urgensi baru,” katanya.
Mengenai keterlibatan UKDW, Pdt. Devina Widiningsih, M.Th., Koordinator Program, menyoroti komitmen universitas, terutama Fakultas Teologi, untuk melakukan refleksi teologis yang kritis dan mendalam tentang isu-isu lokal dan global. “Melalui keterlibatan UKDW dalam konferensi IRTI ini, UKDW dapat dilihat sebagai tempat refleksi untuk menentukan dasar dan menghasilkan strategi baru dan kontekstual sebagai alternatif resolusi konflik. Selain itu, momen ini juga harus dilihat sebagai tempat penting bagi hubungan dan koneksi dalam upaya kita bergerak bersama mewujudkan perdamaian dunia,” ujarnya. Menurut Devina, tindak lanjut dari kegiatan ini diharapkan dapat memperluas refleksi teologis di luar diskusi akademik ke masyarakat dan akar rumput dalam bentuk yang lebih sederhana.
Konferensi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami dan mencari solusi terhadap konflik geopolitik melalui lensa teologi Reformed, serta memperkuat jaringan dan kerjasama antar sarjana teologi di seluruh dunia.